Sepenggal Hati Yang Kau Bawa Pergi

“dek, hasil lamaran kemarin, 3 bulan lagi kakak menikah”
“ALHAMDULILLAH. Selamat ya kak. Moga lancar.”
“terima kasih. Doain ya dek”
“pasti kak. Selalu.”


***

“dia siapa kak?”
“kakak juga belum kenal baik dek. Dia masih ada hubungan saudara sama Tante Ida. InsyaALLAH Tante Ida cukup mengenal baik sosoknya. Jadi ya… jalani saja.”
“hmm….”


Entah harus dari mana aku memulainya. Entah bagaimana juga menceritakannya. Obrolan pendek dengan kak Rani begitu aku ingat. Sejujurnya pada saat itu aku ragu. Namun di saat yang bersamaan aku bersepakat dengan kak Rani. Tante Ida adalah orang yang dapat dipercaya. Maka akupun mengucap syukur untuk semua ini.

Aku tak tau namanya. Tak pernah melihat sosoknya. Maka akupun tak pernah bertemu dengannya secara langsung. Seminggu sebelumnya Tante Ida datang dengan “kabar gembira” untuk kak Rani juga keluarga besar kami. Tentang dia yang akan menjadi bagian dari keluarga ini dan kehidupan kak Rani selanjutnya.
Kak Rani. Seharusnya kalian terlebih dahulu tau sedikit tentangnya. Parasnya keibuan. Penyayang. Mencintai anak-anak. Tinggi. Kulit sawo matang. Rambutnya ikal panjang. Suka sekali mengikatnya kepang. Dan memakai kacamata. Kecintaannya pada anak kecil membawanya menjadi Guru TK. Mungkin bagi sebagian orang wajahnya biasa saja. Namun buatku dia cantik, menawan, tak bosan dipandang. Walau kami hanya saudara sepupu dan terpisah umur hingga 14 tahun, kami begitu dekat. Aku yang tak punya kakak perempuan dan dia yang begitu menyayangiku sedari kecil.
Sedang dia. Akupun hanya tau tentang profesinya. Kontraktor. Begitu kata mama ketika aku mencoba mengorek-ngorek informasi tentangnya yang kini sudah “sah” menjadi calon suami kak Rani.
Kembali ke topic sebelumnya. Aku bersyukur. Sangat. Ketika aku tau penantian panjang kak Rani akan segera berakhir. Sekejap. Ku singkirkan semua ragu yang sempat mampir tentang Mas Kontraktor itu.
“tak perlu khawatir tentang rizki dek. ALLAH sudah mengatur semuanya kok. Ya termasuk jodoh. Datang kapan, dengan siapa, atau dengan cara apa, ALLAH juga sudah mengaturnya. Dia yang sudah kau curi tulang rusuknya akan datang pada waktu yang tepat. Entah esok. Lusa. 2 tahun lagi. 3, 4, 5, 7, bahkan puluhan tahun sekalipun.”

Adam,
Entah dimana kamu, siapa kamu, sedang apa?
Apakah mungkin kamu juga sedang melakukan hal yang sama?
Mencari aku yang telah mencuri tulang rusukmu.

Tahukah kamu,
Aku memilih menunggu.
Menunggumu datang pada waktu yang tepat.


“bagaimana aku tau kalau dia jodohku kak?”
“ALLAH akan menunjukkan dek”


Entah bagaimana nanti aku tau itu adalah kamu.
Apakah aku akan merasakan yang mereka katakan,
Jantung yang berdegup kencang,
Ucapan yang terbata, keringat dingin yang membasahi tangan,
Mata yang tak berhenti menatapmu, pipi yang merona,
Bahkan senyum yang merekah walau hanya mendengar namamu disebut.
Ah ya! Siapa namamu Adam?


***

“bejat. Penipu. Apa Tante Ida tau?”
“kalau Tante Ida tau, gak mungkin Tante Ida mengenalkannya pada kakak. Tapi sudahlah dek. Lebih baik dia pergi sekarang daripada nanti.”

Aku melirik tanggal. Seharusnya 2 minggu lagi.
“pacarnya yang disana lebih membutuhkannya daripada kakak. Kasihan kalau si bayi lahir tanpa seorang ayah. Jangan di tambah lagi daftarnya dek. Kakak juga tidak mau menjadi salah satu penghalangnya. Biarkan saja dia pergi seperti angin dan musim. Jika suatu hari dia muncul lagi, maka tahun telah berubah, berganti. Begitupun hati kakak.”
Aku malah terngiang sepenggal lirik lagu dangdut. tidak semua laki-laki… bersalah padamu.. contohnya aku…. dst... -Dimana letak nyambungnya??-

Adam.
Bagaimana kabarmu?
Masihkah kamu mencariku?
Atau mungkin.. kamu pun sudah lelah dan bosan.
Hingga akhirnya kamu memilih datang seperti angin yang hanya berniat mampir.
Sementara aku disini, masih menunggu sosokmu datang menjemputku.
Melengkapi sepenggal hati yang kamu bawa pergi…


***

Prolog:
Hanya sepenggal cerita. Atau mungkin sebuah pesan pendek kepada mereka yang tercipta sebagai Adam. Yang akan menjadi pelindung, pembimbing, dan imam kami. Kaum hawa.
Jika kamu hanya datang dengan sebuah janji yang belum tentu dapat kamu tepati, maka pergilah. Itu lebih baik untuk kami. Karena kami… wanita… kadang kala begitu mudah jatuh cinta…


29.06.2011, 23:45

Comments

Popular posts from this blog

Friend Love Ship ~ Ifa Avianty

Senja Bersama Rosie ~ Darwis Darwis

Ferry Spot ~ KMP Tenggiri