Posts

Showing posts from June, 2011

Sepenggal Hati Yang Kau Bawa Pergi

“dek, hasil lamaran kemarin, 3 bulan lagi kakak menikah” “ALHAMDULILLAH. Selamat ya kak. Moga lancar.” “terima kasih. Doain ya dek” “pasti kak. Selalu.” *** “dia siapa kak?” “kakak juga belum kenal baik dek. Dia masih ada hubungan saudara sama Tante Ida. InsyaALLAH Tante Ida cukup mengenal baik sosoknya. Jadi ya… jalani saja.” “hmm….” Entah harus dari mana aku memulainya. Entah bagaimana juga menceritakannya. Obrolan pendek dengan kak Rani begitu aku ingat. Sejujurnya pada saat itu aku ragu. Namun di saat yang bersamaan aku bersepakat dengan kak Rani. Tante Ida adalah orang yang dapat dipercaya. Maka akupun mengucap syukur untuk semua ini. Aku tak tau namanya. Tak pernah melihat sosoknya. Maka akupun tak pernah bertemu dengannya secara langsung. Seminggu sebelumnya Tante Ida datang dengan “kabar gembira” untuk kak Rani juga keluarga besar kami. Tentang dia yang akan menjadi bagian dari keluarga ini dan kehidupan kak Rani selanjutnya. Kak Rani. Seharusnya kalian terlebih

-no name-

Membuka kembali beberapa postingan lama. Tak terasa. Lama juga aku tak menulis. Entah karena sibuk, atau menyibukkan diri, atau mungkin lebih memilih menyimpannya dalam diam. Pilihan yang belakangan ini menjadi satu-satunya pilihan.

Anonymous...

Tentangnya adalah sederhana. Merekam sepersekian detik dalam gigabyte tak terhingga. Menyimpannya untukku sendiri. Mengulum senyum manis dari kejauhan. Merona. Namun memilih diam. Dia bernama senja.. Yang selalu ku kagumi dan ku iringi do’a panjang penutup hari. Dia adalah lautan… Dalam, senyap, penuh rahasia… namun indah… Kemudian aku mencoba meraba hati. Masihkah abu-abu? Di antara musim dan waktu. Menapaki jalur demi jalur nan panjang. Kadang tak berarah. Kadang tak bernama. Kadang tak berpenghuni. Namun dia tetap ada. Tak berganti hingga detik ini. Mengintip sejenak ke sekeliling. Mungkin aku menemukan jalan lain untuk sekedar singgah. Menghampiri satu per satu kisah. Hanya saja… selalu ada dia yang menggapai tanganku untuk kembali. Masih. Hujan di bulan Mei yang enggan berhenti. Menembus lapisan tanah. Memekarkan mawar putih. Bagaimana? Jika dia hanyalah sisipan cerita kosong seperti biasanya? Bukan akhir? Sementara jutaan mimpi terus ku kejar. Masih. Mencar