AL IKHWAN

Bismillahirrahmainirrahim…
“kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada ALLAH… “
(3:110)

Wangi cat dari gedung yang baru direhab. Setelah bertahun menjadi saksi perjalanan ratusan mahasiswa yang dinaunginya. Setelah bertahun digerus hujan, tertimpa panas, angin yang tak bersahabat. Menapaki beberapa sudut jalan yang sama. Ditemani pohon kecil yang sengaja ditanam untuk melindungi dari terik. Padahal sewaktu pertama kali ditanam seolah enggan tumbuh dan tetap ‘kekeuh’ dengan batangnya yang tak berdaun. Kini, ia menepuk dada bangga karena bisa menaungi setiap yang lewat disampingnya? Namun, untuk siapa? Toh yang lewat tak perduli, apalagi berterima kasih!.

Sudut dejavu.
Tempat yang ku lewati ribuan kali setahun lalu. Masih sama jua.
Di lantai 2. Tempat yang selalu ku rindu. Tempat yang ketika aku tersungkur sujud yang terbayang adalah disini. Tempat teduh. Yang menjadi tujuan saat tak tau lagi mau kemana menapaki luasnya kampus ini. Tempat beristirahat sejenak dari penat dan terik. Tempat semua hal tak terduga ku jalani. Tempat para jama’ah berdiri melaksanakan fardhu-NYA. Tempat bernama Persaudaraan.

Masih sama. Teduhnya. Sejuknya. Sepinya. Apalagi Sabtu sore seperti ini. Mahasiswa lebih senang berakhir pekan daripada berada di lingkungan yang sudah seminggu ini di lihatnya. Bosan. Tentu saja!. Maka pilihan terbaik adalah mencari tempat lain untuk menghilangkan penat. Bukan berada disini. Atau mungkin banyak yang sudah punya urusan agenda lain masing-masing. Toh setiap pribadi punya kehidupan lain di luar sana. Bukan hanya kampus dan tetekbengeknya. Maka sepi di tempat ini adalah biasa. Akan luar biasa jika tempat ini ramai pada Sabtu sore. Hanya saja si tempat tak lagi terurus dengan sampah sana-sini. Di anak tirikan?

Ingin sekali berlama ria disini, hanya saja tak banyak waktu yang tersedia… maka sejenak itu biar saja berarti (37%, tinggal sedikit) Berada disini berarti mengulang banyak hal. Termasuk mimpi yang pernah terlintas. Ingin suatu hari begini. Ingin suatu saat begitu. Maka semua seolah tampak jelas. Lalu berdiri bangga. Namun seorang hamba hanya berencana. Sang Pemilik Segala-lah yang berkuasa. Menentukan takdir setiap makhluk yang IA punya. Dengan keadilan-NYA juga sayang-NYA yang Maha Sempurna. Siapa bisa mengelak? Jika mimpi tinggallah mimpi. Jika harap hanya mengembun menguap esok hari. Lalu ingin hari ini segera selesai dan berganti dengan cepat. Menunggu membuat sehari begitu lama dan bagiku setahun begitu cepat ketika kembali lagi kesini dengan status berbeda. Tak lagi menjadi penghuni dengan kontribusi.

Manusia. Tercipta dengan kesempurnaan penciptaan Sang Maha. Namun ia pula yang menjadi si biang lalai, si biang pelupa, si biang pembantah, si biang perusak, si biang sombong! Sombong dengan nama besar dan titel yang disandang. Dengan harta. Dengan secuil ilmu. Padahal lupa kalau tak dibawa saat di jemput menghadap ke Pemilik Raga. Minta waktu sebentar atau ingin mangkir? Coba saja!

Maka esok yang kulalui adalah rutinitas kaum ‘ada’. Bukan lagi kaum aktivis yang berjalan menantang terik dan berpikir keras mengenai bagaimana dakwah esok hari?
Maka lusa adalah 90% pikiran terkuras untuk kemajuan sebuah ‘perusahan’. Tak lagi untuk dakwah dengan segala pembaharuan dan regenerasinya.
Maka esok lusa dan seterusnya adalah pencarian panjang tentang sebuah sebuah cara manjalani hidup. Belajar bertahan dari sebuah keterpaksaan demi mereka yang tersayang. Berharap ridho ALLAH menemani setiap langkah. Dan rasa bersalah atas sedekitnya yang bisa tersalur untuk tempat ini, hingga 36 tahun lagi saat menutup buku dengan status PENSIUN.

(29%. Saatnya memasuki bab penutup. 3:38. Masih setengah jam lagi)
Tempat berjuta cerita terjadi. Kisah ini itu. Cerita begini begitu. Masa tawa tangis, suka duka. Saat pertama kali belajar tentang dakwah.
Tempat yang memberiku banyak hal. Bukan materi tentu saja. Tapi ia memberiku saudara dan kakak yang begitu banyak. Aku rindu.

- H.I.K.A.R.I-
*mushollah al-ikhwan, 09.10.2010
Azan ashar berkumandang
*teruntuk tempat teduh bernama mushollah al-ikhwan
Semoga engkau tetap teduh seperti dulu dan kini…. Selamanya…

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Friend Love Ship ~ Ifa Avianty

Senja Bersama Rosie ~ Darwis Darwis

Ferry Spot ~ KMP Tenggiri