Kau mengenalnya. Senyumnya. Hingga setiap candaan yang keluar dari mulutnya.
"Cepat sembuh pak. Katong manyanyi Ayu ting-ting lai.. ka apa ka.. apa ka... apa ka..."
Dan setiap kali goresan tinta menuliskan hal yang sama. Kehilangan. Haruskah ia menjadi bagian dari part-part kecil dalam gigabyte tak hingga? Bukankah rasanya tetaplah sama! Bukankah ia niscaya! Pasti!

Maaf pak, waktu itu aku tak suka kau panggil Ulu. Hanya karena tak suka saja. Lalu dengan manisnya kau memanggilku dengan Ul lagi.
Aih.. aku ingin melihat senyummu lagi. Tapi Allah lebih ingin kau kembali.

Untuk kehilangan yang kesekian kali.
Selamat jalan pak.

Comments

Popular posts from this blog

Friend Love Ship ~ Ifa Avianty

Senja Bersama Rosie ~ Darwis Darwis

Ferry Spot ~ KMP Tenggiri