catatan hati seorang wanita

By Sitra Dewi Elka Friday, September 17, 2010 at 12:32pm

Catatan hati seorang wanita,

Dapatkah aku menyebut diri sebagai seorang wanita?
Ataukah aku hanya gadis ringkih yang terkontaminasi dunia?
Menjadi perempuan mungkin mudah, tapi tidak dengan menjadi wanita
Kamilah yang paling tahu tentang kehidupan,
Kamilah yang paling ahli dalam menyembunyikan perasaan,
Kamilah yang paling mengerti arti sebuah harapan,
Karena kamilah yang paling sering menanti, menangis, dan mengharap.

Feminis?
Tidak juga. Hanya sedikit keluh. Kesah. Dan mungkin sedikit gelisah.
Feminis?
Oh, untuk apa?
Bahkan disaat tertentu, aku benci menjadi wanita.
Aku benci dengan asa yang terus melesap. Hilang. Hampir tak berbekas.
Aku benci dengan senyum getir menahan desakan air mata.
Aku benci dengan sikap manis disaat hati sedang ingin berontak.
Aku benci dengan tanggung jawab besar yang tak bisa hilang dari pundakku, sekeras apa aku menyapunya pergi.

Inilah kami, yang selalu berharap tapi pada saat yang sama begitu diharapkan.
Siapa yang lebih tau tentang sebuah harapan dibanding kami.
Feminis?
Mungkin?
Toh aku seorang wanita,
Mungkin belum, tapi itu sesuatu yang pasti
Dan seperti apapun keadaannya, aku tetap mencintai diriku.

Catatan hati seorang wanita,
Ada apa dengan jerawat?
Ada apa dengan hitam?
Ada apa dengan ikal?
Ada apa dengan kurus? Gemuk? Sumbing?
Dan aku kecewa, mengapa justru kamilah yang paling resah dengan hal itu?
Lalu aku mencari, apa yang sebenarnya yang membuat hingga menjadi seperti itu?
Ternyata hanya pandangan. Hanya mata. Hanya fatamorgana.

Suatu ketika, hanya ada kulit membungkus tulang, hanya ada uban menutup kepala, hanya ada kekanak-kanakan, hanya ada ringkih. Yang tersisa tinggal ketidakmampuan.
Kenapa? Kenapa? Dan kenapa hal itu menjadi begitu penting?
Bukankah semua yang diciptakan telah dalam bentuk yang sebaik-baiknya?
Bukankah setiap makhluk itu sempurna? Indah?
Bukankah tidak akan pernah mungkin Sang Pencipta salah dengan komposisiNya?
Lalu mengapa kami masih bertanya? Masih ragu? Masih kufur?

Catatan hati seorang wanita,
Betapa pedihnya jika kami tidak dianggap seperti apa adanya kami
Sadar atau tidak, terkadang kami harus berperang dengan dunia
Namun, bukan itu yang kami inginkan
Bukan kasihan. Bukan pula cemoohan
Oh, itu pun jika dunia sadar
Sejelek apapun kami
Seburuk apapun penampilan kami
Sebejat apapun kelakuan kami
Kami tetap menginginkan imam yang baik bagi kami.
Anak-anak surga dari rahim kami.
Dan ridho atas diri kami, sebagai isteri maupun seorang ibu

Inilah kami, atau mungkin hanya aku?

(-dalam diam yang melelahkan-Hari ke-18, 28 Agustus 2010 18.44)

Comments

Popular posts from this blog

Friend Love Ship ~ Ifa Avianty

Senja Bersama Rosie ~ Darwis Darwis

Ferry Spot ~ KMP Tenggiri