Mukena_Lusuh
Mukena itu sudah tak berwarna putih cerah lagi. Apalagi malam Ramadhan itu (juga malam-malam saat Ramadhan sebelumnya) rasanya ia tak layak disandingkan. Warna pudarnya tak mampu menyaingi warna mereka yang begitu cerah. Merah, kuning, hijau, biru, ungu, jingga… Tapi ia tetap setia menemani sang hamba tersungkur dalam sujud dan do’a panjang selama 10 tahun ini. Semenjak mukena itu kebesaran hingga rasanya sudah sesak untuk dipakai. Tapi tetap saja mukena itu setia dari Ramadhan ke Ramadhan selanjutnya lagi, menemani sang hamba menegakkan fardhuNYA. Mengusap air mata sang hamba ketika menangis tersedu dalam malam-malam yang panjang. Mukena lusuh tak jua lelah. Sementara sang hamba meminta iman dan islam yang tak berkesudahan… “bukankah surgaNYA tak DIA beri karena mukenamu, tapi karena yang kamu lakukan dengan mukenamu…” Daarun Na’im, menjelang tarawih, 22.08.2010 *instrumental do'aku_Hadad Alwi